Rabu, 18 Maret 2009

setUsuksaTe ?????

Mungkin blog ini punya nama yang cukup aneh,,, Kenapa harus "Setusuk Sate Sejuta Rasa"???
Pertama, karena saya suka sate,..,. Oh yeee!!!! ummmm,.,..,membayangkannya aja udah ngiler, apa lagi kalau benda itu ada di depan mata. Ga kebayang betapa lezatnya makanan satu ini. Duuh...jadi netes beneran neeh, mana ga ada tisu, hee

Sebenarnya pengen banget neh nyiptain setusuk sate yang makin digigit, makin dikunyah, bakalan makin terasa lezatnya, trus tiap gigitan punya sensasi rasa yang bebreda-beda. Misalnya ada rasa buah-buahan kaya jeruk, strawberi, anggur, ataupun semangka. Atau aneka rasa makanan seperti rasa jagung bakar, asam manis, keju panggang, ayam bawang, soto ayam, kari ayam....beuuh mantap pan???!!!

Truss, jika diibaratkan setusuk sate itu adalah diri kita sendiri, di mana tiap orang merasakan bermacam-macam rasa dari setusuk sate itu. Ada yang suka, ada yang ngerasa keasinan, kemanisan, eneg, pahit, de el el dah pokoknya…Sama halnya dengan kita, orang yang selama ini berinteraksi dengan kita pasti merasakan sesuatu yang berbeda dari sikap kita. Yup!! Setusuk Sate Sejuta Rasa.

Selanjutnya, dari pengamatan yang udah dilakukan, walaupun cuman 2 mpe 3 orang aja. Hee.. Cara orang makan sate tuw seringkali ngeliatin tusukan mana yang paling gede dagingnya, pokonya yang paling sedep di pandang mata dan mampu menguras enzim pencernaan keluar. Ada orang yang langsung mencomot tuh sate, tapi ada juga yang menyantap tuh sate belakangan, katenye seh yang enak tuw belakangan aja. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian. Sebegitu berharganya kan setusuk sate tadi???? So, kita harus bias jadi setusuk sate yang paling menggiurkan di antara berpuluh-puluh tusuk sate lainnya dalam piring. Artinya, dalam suatu komunitas kita harus bisa membawa diri supaya banyak orang yang senang berada di dekat kita atau bahkan bisa menarik orang dari komunitas lain. Beuuh…mantap tap tap dah!!!


RAWAKU SAYANG RAWAKU MALANG


Saat pertama kali memandang daerah ini, dengan koordinat 3º 37' 22.8" LS dan 114º 42' 09.2" BT, yang ada di benak saya saat itu adalah “ Wow…ternyata bukan hanya ada sawah buat nanam padi, tapi ada juga lapangan eceng gondok”. Yup, seperti lapangan sepak bola yang hijau karena rumputnya, Desa Tungkaran,Kecamatan Martapura Timur Kabupaten Banjar ini hijau karena eceng gondoknya yang tumbuh dengan subur. Mungkin jika diibaratkan seorang balita yang dilempar ke tengah rawa ini, bukannya tenggelam, balita ini mungkin akan tersangkut di atas tumpukan eceng tersebut, bahkan mungkin bisa berlari-lari.

Jadi ingat pelajaran SMA nih, di mana pada suatu perairan yang tertutup oleh gulma akan menyebabkan terhambatnya cahaya matahari masuk ke dasar air. So, proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton atau tumbuhan air lainnya akan terganggu. Akibatnya, oksigen yang diperlukan untuk makhluk di dalam air, khususnya ikan untuk bernafas akan berkurang. Naah…kebayangkan kalau para ikan kekurangan oksigen. Bakalan megap-megap tu ikan…hee

Tapi, untungnya tidak demikian. Masih ada daerah yang tidak tertutup oleh gulma-gulma tadi, sehingga kehidupan bawah air masih bisa terselamatkan. Buktinya, banyak masyarakat yang memanfaatkan daerah tersebut untuk berburu ikan, maksudnya memancing ikan. Dengan kata lain, di daerah rawa tersebut masih banyak ikan. Yee!!!



Mungkin karena daerah tersebut masih memberikan manfaat berupa ikan tadi, ada saja masyarakat yang mau membersihkan daerah tersebut dengan menebang eceng gondok-eceng gondok yang ada di sana, walaupun hanya bagian tepi saja. Namun, eceng gondok yang di tebang tadi justru membusuk dan mengotori perairan daerah ini. Air rawa menjadi terlihat hitam dan berbau busuk. Selain itu, masyarakat juga membuang sampah-sampah rumah tangga yang juga mengotori daerah tersebut. Tidak cukup dengan membuang sampah di sana, masyarakat di sana juga mendirikan bangunan tempat membuang hajat atau biasa disebut dengan ”jamban” di pinggiran rawa. Beuuh...Pantesan airnya bau...hee


Jalan utama daerah ini sangat rendah dan jika musim hujan tiba, seringkali terjadi banjir. Hal ini sangat tidak sesuai dengan perairan daerah ini yang bersifat mengalir. Tau kenapa??? Yup. Ini terjadi karena padatnya populasi eceng gondok yang menyebabkan aliran air di daerah ini terhambat. Akhirnya kalau musim hujan datang, air yang turun dari langit sangat sulit untuk dialirkan dan terjadilah banjir.

Yaah...banyak terjadi alih fungsi di rawa ini, selain rawa ini ditumbuhi berbagai gulma yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan di daerah ini, masyarakat di sekitar daerah ini menjadikannya sebagai lahan untuk membuang sampah-sampah mereka. Tapi ada pula manfaat lain selain tempat memancing tadi, tepian dari rawa digunakan oleh masyarakat sekitar untuk menanam bibit padi.



Selain eceng gondok, di sana juga ada tumbuhan liar lainnya seperti paku air atau kayu apu, kangkung, kelakai, rumput-rumput liar, teratai, dan tanaman jenis perdu lainnya. Pohon besar yang tumbuh di daerah ini tidak banyak, hanya beberapa tumbuhan jenis akasia, galam dan pisang yang sengaja ditanam masyarakat setempat. Dalam bidang farmasi, kangkung memiliki khasiat sebagai penenang (sedatif) dan mampu membawa zat berkhasiat ke saluran pencernaan. Oleh karena itu, tanaman ini dapat berkhasiat untuk menetralkan racun di tubuh. Eceng gondok dapat mengikat unsur logam dalam air, oleh karena itu tumbuhan ini dapat hidup subur di daerah perairan yang kotor daripada perairan yang bersih. Selain itu, tumbuhan ini dapat digunakan sebagai pakan ternak dan kerajinan tangan yang dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan. Tumbuhan yang biasa disebut kayu apu atau kiambang terdapat dua jenis, yaitu (Pistia stratiotes) memiliki khasiat sebagal obat batuk rejan, demam dan diuretik, serta Salvinia natans (L) yang berkhasiat sebagai obat demam, obat eksim dan nyeri kepala. Sedangkan tumbuhan kelakai dapat dimanfaatkan sebagai obat antidiare. Masyarakat daerah ini belum dapat memanfaatkan tumbuhan-tumbuhan tersebut secara maksimal. Hal ini mungkin dikarenakan masyarakat banyak yang belum mengetahui hal tersebut.

Selain eceng gondok, di sana juga ada tumbuhan liar lainnya seperti paku air atau kayu apu, kangkung, kelakai, rumput-rumput liar, teratai, dan tanaman jenis perdu lainnya. Pohon besar yang tumbuh di daerah ini tidak banyak, hanya beberapa tumbuhan jenis akasia, galam dan pisang yang sengaja ditanam masyarakat setempat. Dalam bidang farmasi, kangkung memiliki khasiat sebagai penenang (sedatif) dan mampu membawa zat berkhasiat ke saluran pencernaan. Oleh karena itu, tanaman ini dapat berkhasiat untuk menetralkan racun di tubuh. Eceng gondok dapat mengikat unsur logam dalam air, oleh karena itu tumbuhan ini dapat hidup subur di daerah perairan yang kotor daripada perairan yang bersih. Selain itu, tumbuhan ini dapat digunakan sebagai pakan ternak dan kerajinan tangan yang dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan. Tumbuhan yang biasa disebut kayu apu atau kiambang terdapat dua jenis, yaitu (Pistia stratiotes) memiliki khasiat sebagal obat batuk rejan, demam dan diuretik, serta Salvinia natans (L) yang berkhasiat sebagai obat demam, obat eksim dan nyeri kepala. Sedangkan tumbuhan kelakai dapat dimanfaatkan sebagai obat antidiare. Masyarakat daerah ini belum dapat memanfaatkan tumbuhan-tumbuhan tersebut secara maksimal. Hal ini mungkin dikarenakan masyarakat banyak yang belum mengetahui hal tersebut.