Sabtu, 27 Juni 2009

Kaya sih.,.,.,,,,tapiiiiiiiii,.,.,

Ada sedikit oleh2 neh dr jalan2 ke Pelaihari kmaren.,.,.
Ad ap dSana??????????? Simak skilas info brikut ini,.,.....
Hap!!!! ptama kita jelajahi kawasan Pesisir Pantai Pegatan Besar

Kawasan ini terletak pada ordinat 3o47’54.26”S-3o49’03.16”S dan 114o36’20.33”E dan 114o36’14.22”E. Air laut di sepanjang pesisir pantai Pegatan Besar berwarna cokelat keruh, hal ini karena daerah tersebut merupakan muara dari sungai Barito, di mana di daerah hulu sungai tersebut banyak terdapat pabrik-pabrik dan pertambangan. Limbah-limbah serta lumpur dari daerah hulu terbawa ke laut dan terbawa ke tepi pantai. Di sepanjang pantai banyak ditemukan gumpalan lumpur yang terbawa oleh air laut yang selanjutnya menggumpal sehingga berbentuk seperti batu.

Pesisir pantai ini telah mengalami kerusakan akibat abrasi gelombang laut. Dari pengukuran pH dan kelembapan tanah yang dilakukan, diperoleh bahwa tanah daerah pesisir pantai memiliki pH asam yaitu, 6,8, 5,2, dan 5,6, sedangkan kelembapan tanah atau pasir sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki kelembapan atau kandungan air yang tinggi. Sedangkan pada pengukuran pH air di daerah rawa Pegatan Besar diperoleh data nilai pH dari air tanah sebesar 6, air dangkal sebesar 8, dan air dalam sebesar 9.

Di sepanjang pantai sangat jarang ditemukan tumbuhan bakau maupun api-api, sehingga abrasi yang disebabkan oleh gelombang laut sangat merusak daerah pesisir pantai. Menurut masyarakat setempat, pembudidayaan tumbuhan api-api telah dilakukan, namun karena gelombang yang cukup besar, tumbuhan api-api yang mereka tanam terbawa oleh gelombang. Tumbuhan api-api biasanya terdapat pada daerah rawa-rawa mangrove, tepi pantai yang berlumpur, atau di sepanjang tepian sungai pasang surut. Beberapa jenisnya, seperti A. marina, memperlihatkan toleransi yang tinggi terhadap kisaran salinitas dan mampu tumbuh di rawa air tawar hingga di substrat yang berkadar garam sangat tinggi. Akar nafas api-api yang padat, rapat dan banyak sangat efektif untuk menangkap dan menahan lumpur serta sampah yang terhanyut di perairan. Di daerah lumpur ini, biasanya menjadi habitat bagi fauna air seperti kepiting dan timpakul. Timpakul yang terdapat di pesisir pantai ini mamiliki jumlah yang sangat besar, namun masyarakat belum dapat memanfaatkannya. Dalam dunia kesehatan, timpakul dapat bermanfaat sebagai obat asma.

Sedangkan untuk tanaman bakau, sangat sulit tumbuh di daerah ini karena komposisi pesisir pantai dominan terdiri atas pasir. Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik, baik di teluk-teluk yang terlindung dari ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawa dari daerah hulu.

Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi abrasi pantai ini antara lain pembudidayaan tumbuhan api-api yang dapat menahan gelombang laut, pembuatan siring untuk memecah gelombang yang datang sehingga gelombang yang datang ke pantai tidak terlalu besar. Selain itu, dapat pula dilakukan dengan pembudidayaan terumbu karang, serta mengurangi kegiatan di bagian hulu sungai untuk mengurangi sedimen-sedimen yang akan menyebabkan polusi air laut. Dalam pembudidayaan tumbuhan api-api, diperlukaan waktu yang cukup lama, sehingga untuk penanggulangan awal adalah pembuatan siring. Dari pembuatan siring ini, gelombang yang datang ke pesisir pantai tidak terlalu besar, sehingga dalam pembudidayaan tumbuhan api-api pun akan lebih mudah, di mana kendala berupa gelombang yang dapat membawa tumbuha api-api ini dapat diatasi. Namun, semua usaha tersebut memiliki banyak kendala. Kendala utama dari penanggulangan ini adalah dana yang sangat besar, baik untuk pembuatan siring maupun pengembangan tumbuhan api-api. Selain itu, kepedulian dan pemahaman masyarakat setempat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha penanggulangan tersebut, karena pemeliharaan daerah tersebut terutama dilakukan oleh masyarakat setempat.

Selain itu, pendidikan masyarakat yang cukup rendah, di mana di daerah ini hannya terdapat sekolah dasar dan taman kanak-kanak saja. Untuk mendapatkan tingkat pendidikan selanjutnya, masyarakat harus menempuh jarak yang cukup jauh. Mata pencaharian masyarakat daerah ini pada umumnya adalah sebagai nelayan dan petani. Masyarakat banyak menggunakan air sumur gali yang payau sebagai air mandi, cuci dan kakus. Masyarakat di daerah ini biasanya membeli air dari daerah yang lebih tinggi untuk air minum. Namun, ada juga masyarakat yang kurang mampu menggunakan air sumur mereka untuk minum. Dari penggunaan air sumur ini dapat memicu penyaki kulit. Kesulitan dalam memperoleh air bersih ini, dapat ditanggulangi dengan cara menjalin kerjasama antara penduduk setempat, pemerintahan dan PDAM dalam pembuatan tangki-tangki dan penyaluran air bersih di daerah ini. Semoga aja bisa terlaksana.,.,.,Amien,,.,.




Menurut masyarakat setempat, di daerah tersebut sangat jarang diadakaannya penyuluhan, baik mengenai abrasi pantai maupun kesehatan. Pada penyuluhan kesehatan yang pernah dilakukan, masyarakat mendapatkan obat gratis, seperti antibiotik, analgetik dan antipiretik. Walaupun menurut pengakuan seorang masyarakat bahwa beliau mengetahui bagaiman cara penggunaan obat-obat tersebut. Namun, belum tentu cara penggunaan obat-obat tersebut tepat, baik dosis, cara penggunaan, indikasi maupun pasien. Misalnya dalam penggunaan antibiotik, seandainya terjadi alergi terhadap antibiotik tersebut masyarakat belum tentu akan mengetahuinya. Oleh karena itu, perlu diadakannya suatu monitoring dalam penggunaan obat-obat tersebut sehingga diperoleh hasil yang lebih efektif. Tenaga kesehatan di daerah ini juga sangat kurang.

Selain itu, masyarakat setempat kurang mengoptimalkan penggunaan tanaman obat karena masyarakat lebih percaya pada pengobatan modern. Padahal dari observasi yang dilakukan cukup banyak tanaman obat di daerah tersebut. Tanaman obat tersebut antara lain temulawak, lempuyang, permot, nipon, kiambang, bandotan, jambu biji, pegagan, mengkudu, sukun, kelapa, api-api, karamunting dan lain-lain.

Tanaman yang banyak dimanfaatkan masyarakat daerah ini adalah temulawak, sebagai anti-inflamasi (anti-radang), anti-biotik, meningkatkan produksi dan sekresi empedu, segarkan badan. Sejak dulu tumbuhan ini digunakan sebagai obat penurun panas, merangsang nafsu makan, mengobati sakit kuning, diare, maag, perut kembung dan pegal-pegal, serta lempuyang yang berkhasiat sebagai analgetik dan stimulan. Biasanya masyarakat memanfaatkannya dengan merebus rimpang tanaman tersebut dan meminum air rebusan sebagai obat pegal-pegal.

Sedangkan tanaman yang belum dimanfaatkan oleh masyarakat diantaranya permot yang bermanfaat sebagai obat antidiabetes, mengkudu sebagai antidiabetes dan asam urat, sukun sebagai antidiabetes, jambu biji sebagai antidiare, antiinflamasi; hemostatik; dan astringen, karamunting sebagai antidiabetes dan antidiare. Selain itu, terdapat tanaman api-api (A. Marina) sebagai antifertilitas, dan pegagan (Centella Asiatica L.), sebagai antipiretik, re-vitalisasi tubuh dan pembuluh darah, memperkuat struktur jaringan tubuh, radang hati disertai kuning, serta bersifat menyejukkan/mendinginkan, menambah tenaga dan menimbulkan selera makan. Sedangkan nipon berkhasiat sebagai analgetik dan kiambang yang berkhasiat sebagai analgetik, dan antipiretik.


Selanjutnya,.,.perjalanan diLanjutin ke,..........................................
Kawasan tangkapan air di Damit,.................Ohh Yee!!!!!!!!

Damit merupakan sebuah desa yang terletak di dataran tinggi di rangkaian pegunungan Meratus, Pelaihari, yang banyak ditumbuhi ilalang dan tumbuhan perdu. Daerah ini merupakan salah satu daerah tangkapan air yang sangat penting dalam penyediaan air bagi masyarakat sekitar, maupun irigasi persawahan. Bendungan tersebut terletak pada 3o54’28.38”S dan 114o53’47.78”E. Berdasarkan informasi dari masyarakat setempat, keadaan perairan di daerah ini semakin memburuk, di mana air di daerah bendungan ini air menjadi lebih keruh daripada keadaannya dulu. Selain itu, irigasi tersebut kurang terkelola dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari sering rusaknya tanggul air tersebut. Selain itu, jika pasokan air meningkat, daerah tersebut bisa mengalami banjir dan sebaliknya, jika pasokan air menurun daerah sekitar akan kekeringan. Namun, dengan adanya irigasi ini, masyarakat sudah merasa sangat tertolong akan adanya penyediaan air untuk keperluan mereka dan irigasi persawahan. Di daerah ini masih sangat perlu dilakukan peninjauan ulang dan pengaturan irigasi yang lebih baik untuk kelangsungan hidup masyarakat dan kelestarian alam daerah tersebut.



Perkampungan penduduk berada kurang lebih 2 km dari kawasan bendungan. Menurut penduduk setempat, kesehatan masyarakat cukup baik karena tersedianya puskesmas dan pelayanannya yang baik. Selain itu, juga ada puskesmas keliling yang sering memantau kesehatan daerah ini. Penyakit yang sering diderita masyarakat pun hanya penyakit-penyakit ringan, seperti sakit kepala, dan pegal-pegal. Oleh karena itu, pengobatan yang diperlukan adalah obat-obat ringan seperti analgetik, selain itu beberapa penduduk setempat juga menggunakan tanaman obat yang sudah tersedia di pasaran sehingga siap unutk digunakan. Padahal sebenarnya, di daerah ini banyak tanaman obat yang belum dimanfaatkan, seperti karamunting yang bermanfaat sebagai antidiabetes dan antidiare, putri malu sebagai anti piretik, kangkung sebagai penambah darah, lengkinis (Lycopodium cernuum L) yang berkhasiat sebagai penyegar, peluruh seni dan peenurun tekanan darah. Selain itu, ada tumbuhan nipon yang dapat berkhasiat sebagai analgetik yang sangat diperlukan oleh masyarakat.